SpongeBob -->

Cerpen, Sepotong kue untuk Sahabat.

| |
Akhh… aku benci namanya sahabat,
Hidupku memang tak ada apa-apanya, aku memang dikenal kurang pandai bersosialisasi bukan karena aku sombong dan kurang suka bergaul, tapi aku sulit mencari orang yang pas dengan hatiku. Aku pernah trauma atas namanya persahabatan. Dulu aku pernah dikhianati oleh namanya sahabat cuma karena seorang pria. Sejak kejadian itu aku lebih menghabiskan waktu ku dengan novel-novel. Memang aku rasakan hampa hidupku tak ada canda tawa, pergi bersama ke Mall seperti orang lain yang biasa menghabiskan waktu bersama sahabatnya tapi inilah aku sekarang tak mau kenal namanya persahabatan.
Aku memang mempunyai teman di kampus tapi kami dekat hanya sebatas berlangsung mata kuliah dan berdiskusi saja, tapi saat mata kuliah selesai kami berpisah ke alam masing-masing, ia kumpul bersama sahabat-sahabatnya dan aku kembali kepada dunia sepiku. Aku berusaha tetap bahagia, karena aku suka berfikiran tanpa sahabat hidupku nyaman karena tak ada namanya perselisihan, duit abis karena jalan-jalan atau membuat kejailan. Meskipun presepsi aku itu suka ditentang oleh ibuku yang suka koment atas pikiranku itu.
Saat pulang kuliah biasanya aku menghabiskan waktu di toko buku tapi saat itu ada kejadian aneh, aku di ikuti seorang gadis kecil yang berpenampilan kumel dan tak menggunakan alas kaki. Aku berusaha tak menghiraukannya, saat aku masuk ke dalam toko buku, anak itu menatapku di balik jendela besar toko buku yang menghadap ke jalan. Tiba-tiba saat aku sedang membaca buku Love story karya Erich Segal, gadis itu sedang dibentak oleh satpam toko buku, sungguh baru itu kurasakan tak tega melihat gadis kecil itu.
Aku pun pulang membawa buku-buku yang aku beli, saat aku menuju ke tempat makan karena titipan mama yang harus aku beli, aku bertemu gadis kecil itu lagi, saat ini aku dekati dia karena heran kenapa ia mengikuti aku terus.
“kenapa kamu ikuti aku? Tanya ku dengan nada setengah menyelidiki dan menatap semua pakaian kumel yang melekat pada tubuhnya.
“e..e.. maaf mbak, aku tak ada maksud apa-apa tapi aku suka dengan mbak, ucapnya setengah menunduk dan melirik wajah ku dengan muka takut
“aneh kamu itu, aku baru kali ini lihat kamu, bilang saja kamu minta sumbangan dari aku, kamu mau berapa tapi jangan ikuti aku lagi. Bentak ku terhadap dia,
“maaf mbak, ibu ku tak mengajalkan aku minta-minta dalam keadaan lapal gimanapun, aku seling melihat mbak saat mbak ke toko buku wajah mba milip dengan seseolang”. Ucapnya dengan cedal dan menahan air mata.
Tiba-tiba hatiku terenyuh dan merasa bersalah sudah bentak gadis ini, aku pun agak mengubah cara bicaraku menjadi sedikit lembut.
Mirip siapa? Kamu salah orang kali. Aku mau beli makanan dan terburu-buru. Jawabku sambil bergegas ingin meninggalkan gadis kecil itu tanpa menghiraukan ekspresi gadis itu.
Aku pun bergegas masuk dalam sebuah rumah makan, saat aku menengok ke arah kiri ku tatap wajah gadis itu dari kejauhan yang memandangiku, iba itu yang kurasa tapi aku tak mau ditipu pikirku. Saat aku pulang, gadis itu berlari mengejarku, “mbak, bolehkah aku kenal mbak? Aku cuman mau kenal dan belsahabat dengan mba. Ucap gadis itu dengan mimik yang polos dan buat iba.
Aku terburu-buru aku tak mau kenal dengan namanya persahabtan. Kamu salah orang adik kecil, ucapku sedikit lembut “aku ingin belsahabat mba, bukan uang. Mba mau kan kenal dan ketemu aku lagi? Ucap gadis kecil itu dengan nada berharap
“ia ntar kalo ketemu, kita berbicara lagi tapi kini mba sedang terburu-buru. Jawabku sekenaanya agar terlepas dari anak kecil ini
Mba hati-hati ya, ucapnya sambil melambaikan tangan. Sungguh gadis kecil lugu itu menyedihkan sekali. Selalu saja ku terpikiran oleh gadis itu, 5 hari kemudian aku kembali lagi ke toko buku itu. Saat pulang sudah ku duga pasti gadis kecil itu menungguku, saat aku ingin mendekatinya tiba-tiba satpam toko buku itu mendekatiku dan bilang bahwa gadis itu aneh.
Gadis itu mendekatiku, mbak akhilnya datang juga aku tunggu mbak. Aku ingin mengajak mbak ke suatu tempat lahasia. Tempat untuk kita beldua sebagai sahabat.
Aku pun berusaha ikuti jalan pikiran anak ini, dan ku selalu menganggap permintaan sahabat dari dia hanya sekedar alasannya untuk meminta uangku. Aku pun ikuti langkah kecilnya yang tanpa alas menapaki tiap rute-rute yang ditempuh untuk ke tempat rahasia menurut dia. Sampailah kami disebuah rumah kardus, ternyata gadis ini hidup sendiri, sungguh terkejut aku gadis baru umur 5 atau 6 tahun sudah biasa hidup seperti ini.
Mbak maaf aku sudah mengajak mbak ke tempat kumuh ini, tapi ini istanaku. Ucapnya dengan rona bahagia di wajahnya. Sungguh aku tak bisa pungkiri rasa iba ku terhadap gadis kecil yang membuat ku bingung.
Mba kenapa sih gak mao belsahabat? Aku malah kepengen punya sahabat. Pertanyaan nya yang membuatku tersegap rasa kaget dan flashback akan kenangan bersama sahabat yang tlah mengkhianatiku. Mba benci dengan namanya persahabatan, mana orang tua mu? Apa kamu tinggal sendiri? Jawabku sekenaanya dan menimpali pertnyaan agar ia tak membahas persahabatan. Gadis kecil yang kutatap ini mulai mengeluarkan butir-butir air mata, ia mengatakan hidupnya hanya sebatang kara. Ia tak mengenal ayahnya dan ibunya telah meninggal karena suatu hal. Betapa terkejut aku mendengar cerita nya.
Aku dan gadis kecil itu sering bertemu akhirnya, tapi aku tetap tak menganggap nya sahabat meskipun dia menganggap seperti itu, aku kenal semua aktifitasnya. Ia bekerja sebagai pengamen jalanan dengan bermodalkan tutup minuman coca cola.
Suatu hari ia bercerita tentang kehidupannya dulu dan tanggal lahirnya. Sungguh ceritanya mengingatkan ku terhadap seorang yang telah mengkhianatiku dulu. Tanggal lahirnya sama dengan mantan sahabatku dulu tanggal 23 desember, dulu biasanya kami selalu merayakan tapi itu benar-benar dulu sebelum ia mengkhianati ku dengan lelaki yang ku cintai. Nama gadis itu sama dengan sahabatku dulu. Sungguh aku tak habis pikir apa mungkin di dunia ini mempunyai kesamaan yang hampir sama seperti itu? Tanggal 23 desember bentar lagi dan mulai itu aku berusaha memberikan perhatian terhadap gadis kecil itu. Aku berusaha akan memberikan hadiah.
Saat kau ulang tahun apa yang kau inginkan? Tanyaku. Aku hanya ingin ke tempat ibuku mbak, aku benar-benar kangen dengan nya. Dan aku juga ingin sepotong kue kecil yang disuapkan oleh sahabat ibuku sebagai permintaan ibu dulu mbak. Sungguh ucapan itu membuat hatiku bergedik menahan butir-butir air mata agar tak tertumpah. Aku bingung harus membantunya mencari sahabat ibunya sebagai kado ulang tahunnya.
Tanggal 22 aku mulai membuat kue ulang tahun untuk sahabat kecilku, sungguh baru itu hatiku terbuka berfikir ternyata mempunyai sahabat dan bersosialisasi sesama itu indah. Aku pun membuat kue itu dengan rasa senang sebagai sahabat serta seperti rasa kakak dan adik.
Tanggal 23 itu hari yang ku tunggu, hari yang mempunyai moment juga untuk ku bersama sahabatku dulu. Saat aku menapaki jalan ke istana sahabat kecilku tiba-tiba ku lihat rumah itu sudah dipenuhi orang, sahabat kecilku sudah terbujur kaku. Derai air mata ku tumpah, aku tak tau harus bagaimana. Kue yang ku persiapkan dengan rasa terima kasih karena ia telah mengubah presepsi buruk ku tentang sahabat menjadi pupus semua kini.
Sahabat kecilku telah pergi selamanya, ia sakit. Ternyata selama ini ia mempunyai penyakit. Sungguh aku tak mengira itu.
Tiba-tiba ada seorang ibu memberikan aku sebuah surat. Setelah pulang dari pemakaman, aku pun langsung membuka amplop itu sungguh betapa terkejut aku, isinya photo aku bersama sahabat ku dulu yang telah mengkhianati ku.
“mbak, aku ingin mengucapkan rasa terima kasihku atas penerimaan mbak menjadi sahabatku. Ku lakukan itu demi ibuku, sebelum ibu kembali ke rumah Allah ia memberikan photo mbak bersama ibu dan ibu bercerita semua tentang mbak dan tempat biasa mbak kunjungi maka itu aku dekati mbak di toko buku langganan mba, ayah ku adalah cowok yang menyebabkan persahabatan ibu dan mbak hancur kini ia pergi bersama orang lain dan ibu diusir kakek dan nenek ku saat mengandungku, itu yang ibu ceritakan dan ibu sampaikan semua, agar aku meminta maaf atas nama ibu, ibu sangat menyayangi mba dan membanggakan mba. Terakhir sebelum ibu pulang ke rumah Allah, ibu ingin sepotong kue dari sahabatnya. Kini rasa kangenku terhadap ibupun sebentar lagi terbayar mbak, doakan aku dan ibu bahagia. Ku percaya mba akan membawa sepotong kue itu untuk kami saat tanggal 23 desember. Itu isi surat terakhir si gadis kecil dengan tulisan yang masih acak-acakan seperti anak SD tapi aku terharu dan akan menyimpan surat ini selamanya.
Sungguh aku tak menguasai emosiku, tangisanku pecah dan aku menyesal sudah seperti itu terhadap Nisa dan anaknya si gadis kecil sahabatku. Aku pun membuka hatiku untuk bersahabat karena aku percaya sekarang bahwasan nya sahabat itu tak ada yang jahat. Setiap tanggal 23 selalu ku rayakan ultah sahabat tercintaku dan anaknya si gadis kecil, meskipun kini aku tak dapat memberikan mereka sepotong kue yang inginku suapkan tapi ku akan memberikan sebuah doa kepada mereka agar tenang.
Semua hal yang terjadi ini membuat dewasa dan akupun mengubah presepsi tentang sahabat. Aku sangat menyayangi mereka.

0 komentar:

Posting Komentar